Assalamu'alaikum.
Belakangan ini jagat dunia maya sedang ramai dengan perdebatan tentang istilah "mudik" dan "pulang kampung". Apakah "mudik" sama dengan "pulang kampung"? Ataukah mereka berbeda? Ataukan mungkin mereka bersaudara?
Ini semua gara-gara pernyataan Pak Presiden di acara Mata Najwa hari Rabu malam kemarin. Sebenarnya aku gak melihat secara langsung lengkapnya pernyataan itu seperti apa. Karena baru melihat cuplikannya saat akan comersial break, aku sudah tak sadarkan diri. Ketiduran karena sudah nguantuk banget.😂
Dan karena ketika aku bangun tidur ternyata di media sosial sudah ramai dengan perdebatan-perdebatan itu, akhirnya aku membuka channel YouTube Najwa Shihab dan melihat videonya dari sana. Oalah-alah, ternyata begitu. Pak Presiden ternyata berpendapat bahwa "mudik" dan "pulang kampung" berbeda.
"Mudik" Vs "Pulang Kampung"
Setelah menonton video di channel-nya Mbak Nana itu, aku jadi lebih banyak merenung. Apa sih bedanya "mudik" dan "pulang kampung" itu? Kok otakku ini masih belum bisa membedakan keduanya.
Setelah seharian merenung dan beberapa kali dibacakan Al-fatihah oleh suami, akhirnya aku menyadari suatu fakta. Fakta ini menunjukkan bahwa kapasitas otakku ternyata kurang memadai untuk bisa membedakan istilah "mudik" dan "pulang kampung". Maaf, lho ya, rek. Percuma ternyata aku lama-lama mikir.😂
Jadi kesimpulannya aku ini beda pendapat sama Pak Presiden. Bagiku "mudik" dan "pulang kampung" itu sama aja artinya. Yang membedakan cuma jumlah hurufnya aja, kalau "mudik" kan lebih singkat karena hanya terdiri dari lima huruf. Hehehe. Tapi walaupun begitu aku tetap setuju dengan himbauan pemerintah untuk melarang mudik di tengah pandemi virus berbahaya seperti saat ini.
Baca juga: Jaga Jarak Gara-Gara Corona
Secuil Kisah Mudik Yang Sebaiknya Jangan Ditiru
Masih ingat gak, rek, berita tentang seorang satpam RSUP Kariadi Semarang yang positif covid-19 tapi masih nekat mudik? Atau malah kalian masih belum tau beritanya? Oke, kalau gitu ayo duduk manis dulu. Sini aku dongengi.
Alkisah, ada seorang satpam (sebut saja mawar YA) sempat dirawat di rumah sakit tempatnya bekerja karena mengalami gejala-gejala mirip covid-19. Setelah beberapa hari dirawat dan sudah menjalani pengambilan sampel untuk tes swab, akhirnya YA diperbolehkan pulang untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dinas direktur RSUP Kariadi Semarang karena kondisinya yang sudah mulai membaik.
Nah, ternyata eh ternyata, YA ini agak ndablek, rek. Dia hanya isolasi mandiri di rumah dinas itu selama beberapa hari aja. Dan karena merasa kondisinya sudah sehat, akhirnya dia memutuskan mudik untuk menghadiri acara 40 hari meninggalnya ibu tercintah.
Sebenarnya kita gak bisa nyalahin dia juga kalau dia mudik buat menghadiri acara 40 hari meninggalnya sang ibu. Soalnya gimana ya. Ini ibu lho, rek, orang yang melahirkan dia. Masa tega di hari ke-40 meninggalnya si ibu, anaknya gak pulang. Minimal untuk menunjukkan rasa sedihnya, menunjukkan rasa kangennya kepada ibunya, dan mendoakannya. Toh di rumah YA juga gak diadakan kumpul-kumpul, cuma bagi-bagi makanan ke tetangga aja.
Tapi yang disayangkan adalah, YA ini sesampainya di rumah gak melakukan isolasi mandiri, rek. Dia malah beraktivitas seperti biasa. Berinteraksi sosial seperti biasa. Dan bahkan dia sempat bermain voli bersama teman-temannya pemuda kampung.
Lalu setelah hasil uji swab itu keluar, ternyata YA positif covid-19. Bayangkan, dia positif covid-19 tapi sudah berinteraksi dengan banyak orang lho, rek!
Tunda Mudik Lebih Baik
Kisah YA ini menunjukkan bahwa orang yang merasa sehat bisa saja positif covid-19, lho. Bahasa kekiniannya biasa disebut dengan carrier. Kalau menurutku, kondisi YA saat itu terkesan sangat fit, lho, rek. Buktinya dia masih kuat main voli. Kalau merasa sakit atau gak enak badan, mana mau capek-capek main voli, lha wong rebahan di kasur lebih enak dan lebih nyaman.
Nah, karena yang merasa sehat bisa jadi positif covid-19 maka sepertinya menunda mudik itu lebih baik. Bisa saja kita yang merasa sehat ini jangan-jangan termasuk golongan carrier. Kalau carrier dan mudik, kita bisa berpotensi menularkan virus berbahaya kepada orang yang berinteraksi dengan kita. Emang kamu tega menularkan penyakit ke orang tua di kampung halaman? Kalau kita-kita kan masih muda, imun kita mungkin saja kuat melawan virus yang ada di tubuh kita sampai-sampai kita gak merasa gejala penyakit apa-apa. Tapi kalau orang tua kita sudah punya penyakit bawaan lalu tertular penyakit yang kita bawa? Mungkin berbeda ceritanya.
Jadi menurutku daripada mudik bawa penyakit, lebih baik tunda mudik dulu. Hitung-hitung mematuhi himbauan pemerintah untuk social distancing lah, rek. Sembari menunggu, mari kita berdoa bersama-sama semoga pandemi wabah virus berbahaya ini segera berakhir. Kalau sudah berakhir dan kondisi sudah membaik, baru deh mudik.
Jadi kalau kalian gimana? Lebaran nanti mudik gak?
Wassalamu'alaikum.
Sumber:
https://m.liputan6.com/regional/read/4228681/positif-covid-19-satpam-rsup-kariadi-malah-bagi-bagi-nasi-dan-main-voli
https://jateng.suara.com/amp/read/2020/04/17/111104/nekat-pulang-kampung-satpam-positif-covid-19-sempat-kontak-dengan-35-orang
Itu dibacakan Al-fatihah 41x sama suami karena kejang-kejang ngga boleh mudik ya mbak.😂
ReplyDeleteOk sini aku ceritakan, pada zaman dahulu kala saat homo Sapiens belum ada, bumi dihuni oleh para makhluk hidup seperti dinosaurus.
Udah itu aja ceritanya, kabur.🏃🏃🏃
Iya nih, mas. Gak boleh mudik dulu. Kasihan orang tua di rumah masa mudik gak bawa oleh-oleh jajanan khas daerah perantauan, malah bawa penyakit.
DeleteEh, kok mas Agus tau kisahnya dinosaurus. Apa jangan-jangan mas Agus ini adalah...
Kalo pengen mudik dan aman, rapid test Corona saja, cuma harganya aku kurang tahu, mungkin satu orang 500 ribu, berarti dua orang sejuta mbak, tapi kurang tahu juga harga pastinya, bisa jadi cuma 50 ribu.😊
DeletePenulis cerpen ya tahu dong.😁
...jangan-jangan gimana mas Agus, kak Roem ?
DeleteXixixi .. aku jadi kepo neeh 🤭
Jangan-jangan mas Agus itu ..., pawangnya dinosaurus yaa 😄 ?.
@Mas Agus: wah, lumayan juga ya, Mas. Padahal sampai kampung kudu tes lagi dan isolasi mandiri selama 14 hari. 😩
DeleteEh nganu, mas. Tadinya aku kira pawangnya dinosaurus lho, mas. Tapi kan jaman dinosaurus gak ada manusia. Jadi mas Agus jangan-jangan adalah...
@Mas Himawan: Aku pikir juga pawangnya, mas.😂
Saya nggak mudik ke kampung halaman mba :D hehehe.
ReplyDeleteSaya juga sempat baca perdebatan mengenai mudik dan pulang kampung tersebut di lini masa dan yang saya tangkap dari maksud pak presiden, pulang kampung itu semacam pulang dan menetap di kampung karena mungkin sudah kehilangan pekerjaan di kotanya. While mudik lebih ke rekreasi keluarga yang mana nanti kembali lagi ke kota asal tempat tinggal :D yaah, apapun itu memang sebaiknya kita jangan ke mana-mana dulu, baik mudik maupun pulang kampung sebisa mungkin ditunda. Tapi kalau keadaan memang sudah nggak memungkinkan seperti nggak punya pekerjaan, biaya hidup mahal, dan lainnya, bisa ambil option untuk pulang kampung tapi self quarantine di rumah :)
Apapun itu, semoga pandemik ini segera hilang ya mba <3
Aamiin. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita semua bisa beraktivitas seperti biasa ya, Mbak Eno.
DeleteSetuju banget, Mbak. Kalaupun kepepet harus pulang kampung, kalau bisa patuh aturan yang sudah berlaku. Kalau harus karantina diri, ya harus dipatuhi. Demi keamanan dan kesehatan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.
jelas ngga mudik mbak, biasanya ke surabaya, lahh per kemarin kereta udah ga dioperasikan sampai awal juni, pas. dan dari awal virus ini muncul ssudah yakin kalo nggak bakalan kemana mana. Pesawat komersil juga dilarang terbang.
ReplyDeleteIya, Mbak. Pakai kendaraan pribadi pun sekarang disuruh balik arah, Mbak. Sepertinya benar-benar dilarang mudik nih sampai pandemi berakhir.
DeleteLaah ..., Kok malah kak Roem yang ditonton tivi begitu 📺, hahahaa 😆.
ReplyDeleteAku juga sering kayak gitu, ding 😜
Menurutku pribadi, tak ada perbedaan istilah dari pulkam dan mudik.
Ya alias sami mawon.
Perbedaannya cuma di kata tulisan 😄
Iya, mas. Kyknya sama aja artinya. Sama-sama punya arti pulang ke kampung halaman. Kalau masalah balik ke perantauan atau gak ya tergantung niatnya orangnya aja. Hehehe.
Deletemudah-mudahan banyak yang peduli dan concern tentang isu ini, bahwa mudik ya ditunda dulu. karena kesehatan keluarga adalah hal utama sepatutnya :))
ReplyDeleteLebih baik tunda mudik daripada mudik bawa penyakit ya, Mbak Elsa.🤭
Deletehehehehe, saya cuman mesem-mesem liat perdebatan mudik dan pulang kampung.
ReplyDeleteEtdaaahhh, di saat keadaan seperti sekarang, penting nggak sih memperdebatkan hal tersebut hahaha.
Tapi ya gitu deh, namanya juga orang duduk di tampuk politik, tiap detik mah dipantau 'kesalahan'nya.
Apapun itu, sebaiknya jangan mudik dulu deh, tapi kalau pulang kampung karena butuh ya mau nggak mau silahkan saja yak :D
Daripada di ibu kota, malah makin berisiko penularannya
Tapi kabarnya sekarang yang terpaksa gak punya tempat tinggal gara-gara gak bisa bayar sewa kos atau kontrakan di ibukota ditampung sama pemerintah, Mbak. Tapi kalau mau tetap pulang kampung sih ya gakpapa juga. Asal mau isolasi mandiri dulu sebelum interaksi sama orang rumah dan masyarakat sekitar.
DeleteBelum ada nih yang baru, biasanya udah ada 10.🏃🏃🏃
ReplyDeleteGak punya ide mau nulis apa. Hehehe😂😂😂
DeleteWa'alaikumsalam
ReplyDeleteSaya kepengen banget mudik walaupun itu dilarang dan suruh balik lagi kan bisa ngotot dengan memberikan alasan bukan mau mudik tapi pulang kampung tapi bingungnya mau mudik kemana soalnya ngga punya kampung..hehehe
Enak kalau gitu, mas. Gak jauh-jauh dari orang tersayang.🤭 Semoga selalu diberikan kesehatan, ya.
DeleteSaya ga mudik mbak, tpi kakak dan adik yg ga bisa mudik ke kota asal buat kumpul brg kluarga, maklum lah lagi gini, cari yg aman aja, polemik mudik dan pulang kampung tadinya sy juga berfikir aah podo wae alias sama aja, tpi setelah dicerna barangkali ada betulnya juga istilah pk Jokowi.. Mungkin yaaak
ReplyDeleteKalau yang dimaksud mudik itu pulang kampung yang bareng-bareng dan beramai-ramai macam saat lebaran atau libur natal & tahun baru sih memang bahaya banget, Mbak. Bisa-bisa yang sehat bisa jadi ketularan pas di jalan. Sampai kampung bisa menularkan ke keluarga juga. Apalagi kalau pulangnya ramai-ramai gitu entahlah prosedur isolasinya bakal seperti apa..
Deletewaalaikum salam mb roem,
ReplyDeletesik sik sik...kok aku malah belum lihat channel mb nana shihab yang bahas mudik vs pulkam ini yak, terlalu lelah aku sebenere lihat tv isinya covid mulu hiks hiks, merasa tiap abis liat berita tentang covid, otakku serasa sedikit agak senud2...makanya di yutub aku malah lihate yang lain eaaa
lihat vlog makanan maksudnya hahahah
tapi penasaran juga sih
okey otewe yucuuuub..
etapi kadang aku loh mendadak puyeng duluan klo lihat isi komentar di yutub yang bahasannya lagi pro kontra, biasane aku njur jadi mumet endasnya mb roem wakakka
apapun itu, keputusan ada pada masing2 sih yak, yang jadi garda terdepan saat ini sih masyarakat alias diri kita sendiri. Kan paramedis garda terakhir ketika kondisi uda memerlukan penanganan medis. Klo mau meringankan sediikiiiiiiit aja beban paramedis yang uda sangat kewalahan, moga aja yang masih bisa stay di tempatnya masing2 tetep stay. Klo (terpaksanya) mau pergi-pergi di saat pandemi begini ya kudu tahu juga risiko yang mungkin akan terbawa seperti aapa, dan kalau terpaksanya emang sikonnya bgitu ya kudu taat bin disiplin menjalankan segala SOPnya, mau diisolasi, mau dirawat, mau menerapkan hidup sehat, dll. Soalnya ga menyangkut diri sendiri juga, tapi akan berdampak pada yang lainnya....
tapi klo aku pribadi sih, kalau dirasa masih bisa bertahan di tempat saat ini, aku memilih bertahan dulu, bersabar sambil memberikan pengertian ke orang tua atau mertua bahwasannya belum bisa mudik saat hari H-nya lebaran bukan berarti ga sayang keluarga, tapi justru karena sebaliknya.... mudiknya ntarrrr nunggu situasi udah kondusif, baru deh....walau tentu aja ngasih pengertiannya kudu bener2 maksimal terutama ke keluarga mertua, hueheheh
moga2 cepetan aja ini wabah bisaa caow dari muka bumi ini, amiiin)
Aamiin 🙏
DeleteSetuju banget, Mbak Nit. Kalau yang namanya garda terdepan di kasus pandemi seperti ini memang kita sendiri alias masyarakat. Jadi yang paling berkontribusi dalam penekanan ataupun penyebaran penularan virusnya ya kita-kita juga. Makanya lebih baik patuh sama himbauan pemerintah aja dan berdoa semoga pandeminya cepat berakhir. Kadang sedih juga setiap tau ada orang yang gak peduli sama himbauan ini. Soalnya semakin banyak yang gak peduli, sepertinya pandeminya semakin lama, semakin gak selesai-selesai..😭
Nah ini yang harus orang tahu
ReplyDeleteBahwa ada sebagian kata atau kalimat itu mempunyai perubahan makna dan arti
Semisal, gelar ustadz di negeri sebrang sana, untuk gelar profesor, disini untuk gelar guru ngaji anak-anak.
Dulu mudik punya makna lebih luas
Kini punya makna pulang kampung kalau menjelang atau pas lebaran.
Sama halnya, sarapan itu makan pagi
Kalau istilah makan, bisa makan kapan saja.
Ya seperti itulah perubahan makna
Contoh lagi, dulu orang menganggap kata xxx itu kasar, tapi kini, hampir anak-anak mengatakan kata tersebut. dan dianggap kata atau kalimat biasa saja.
Ya kalau bisa mudiknya ditunda, saya juga sependapat dan setuju. Walau pun saya sebenarnya juga ingin mudik.
Sama, mas. Aku pun sebenarnya juga pengen mudik. Tapi gara-gara ada Corona ini jadi tunda mudik dulu. Semoga pandemi ini cepat berakhir ya, mas. Bagaimanapun kita-kita kan tetap ada rasa rindu sama orang tua, pengen ketemu seperti layaknya lebaran-lebaran biasanya. Kalaupun gak bisa mudik pas lebaran, ya paling gak mudiknya segera setelah pandemi berakhir.
Deleteaku memilih gak mudik rek. kita sebaiknya di rumah aja. itu setidaknya cara yg bisa kita lakukan untuk mencegah penyebaran virus ini. Semoga aja wabah ini segera mereda dan kita pun bisa segera pulang ke kampung halaman. Aminn
ReplyDeleteAamiin.
DeleteSemoga kita semua selalu diberi kesehatan ya.🙏