Assalamu'alaikum.
Masakan sudah matang, cucian sudah dijemur, rumah sudah bersih, semua urusan yang berkaitan dengan rumah tangga sudah beres semua. Seperti layaknya ibu-ibu rumah tangga lainnya di seluruh dunia, aku menikmati panasnya siang dengan nonton tv. Nah, di channel yang aku tonton saat itu menampilkan seorang agen investasi sebagai narasumbernya. Sayangnya aku lupa saat itu acaranya di channel apa dan nama acara yang aku tonton itu apa. Singkat cerita, di acara itu agen investasi tersebut menyampaikan kata-kata mutiaranya. Kurang lebih seperti ini kata mutiara itu:
"Orang miskin cenderung bodoh karena gajinya dihabiskan hanya untuk membeli barang-barang konsumsi. Sedangkan orang kaya lebih pandai mengatur gajinya karena memanfaatkan gajinya untuk investasi. Sehingga gaji yang diinvestasikannya tersebut bisa menghasilkan uang kembali. Oleh karena itu, zaman sekarang orang kaya bisa semakin kaya dan orang miskin tetap saja menjadi miskin."
Nah, sebagai ibu rumah tangga yang notabene juga sebagai pengatur keuangan keluarga, rasanya aku ingin mencubit ginjal si agen investasi itu karena saking gemesnya aku dengan doi. Bukan artinya aku 100% gak setuju dengan statement yang dibuatnya. Bukan maksudku investasi itu gak penting. Hanya saja aku kurang setuju dengan beberapa point yang diutarakan si doi khususnya di bagian: "Orang miskin cenderung bodoh karena gajinya dihabiskan untuk membeli barang-barang konsumsi."
Aku bukan seorang ahli ekonomi ataupun ahli keuangan. Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Tapi gak ada salahnya kan, seorang ibu rumah tangga mengemukakan pendapatnya? Toh ibu rumah tangga juga bagian dari rakyat Indonesia yang memiliki hak untuk mengemukakan pendapat. Hehehe. Tentunya pendapatku ini hanyalah pendapat a la orang awam. Jadi aku minta maaf sekali apabila ada kesalahan dari pendapat yang aku kemukakan mengenai statement yang kurang aku setujui itu.
Barang Konsumsi
Sebelum lebih jauh kita membahas tentang alasan-alasanku gak setuju dengan pernyataan doi, kita bahas terlebih dahulu apa itu barang konsumsi. Secara awam, barang konsumsi dapat diartikan sebagai barang-barang yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup penggunanya. Kurang lebih barang-barang seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaran termasuk dalam kategori barang konsumsi. Nah, artinya barang konsumsi ini hanya memiliki tujuan untuk dikonsumsi secara pribadi oleh penggunanya. Barang konsumsi pun umumnya tidak menghasilkan suatu penghasilan tambahan ketika atau setelah kita membelinya. Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah barang konsumsi tidak penting?
Jenis Kebutuhan Hidup Manusia
Untuk menjawab pertanyaan mengenai barang konsumsi itu penting ataukah tidak, kita perlu memahami terlebih dahulu mengenai jenis kebutuhan hidup manusia. Jangankan kita-kita yang sudah di usia dewasa ataupun remaja, anak-anak SD pun paham dan mampu menyebutkan jenis kebutuhan hidup yang dimaksud. Tapi untuk formalitas saja, ijinkan aku menjelaskan kembali mengenai bahasan kali ini.
Seperti yang diketahui seluruh umat manusia di muka bumi ini, jenis kebutuhan hidup manusia secara sederhana dibagi menjadi tiga. Antara lain kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan pokok atau kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh setiap orang untuk mempertahankan kehidupannya secara wajar. Bentuk dari kebutuhan primer ini adalah makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Sementara kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan primer terpenuhi. Contohnya, kuota internet, televisi, motor, kulkas, dan kebutuhan-kebutuhan lain yang mendukung kebutuhan primer. Yang terakhir namanya kebutuhan tersier. Kebutuhan tersier ini muncul setelah kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder sudah terpenuhi. Umumnya kebutuhan tersier ini disebut juga dengan kebutuhan mewah, karena pemenuhan kebutuhannya dirikan pada barang-barang mewah, yang harganya mehong dan hanya dapat dipenuhi oleh kaum-kaum berpenghasilan tinggi. Contoh dari kebutuhan tersier ini antara lain, makan di restoran mewah, mobil mewah, rumah mewah, cincin berlian, dan barang-barang mewah lainnya.
Lalu Barang Konsumsi Ini Penting Atau Tidaaaak??
Sik, sik, sabar dulu kawan-kawan. Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita cermati dulu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Kalau dipikir-pikir, kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan kategori barang konsumsi lho. Makanan, pakaian, tempat tinggal, kuota internet, motor, kulkas, televisi, makan di restoran mewah, mobil mewah, rumah mewah, dan cincin berlian merupakan barang-barang yang dibuat untuk dikonsumsi atau dinikmati seseorang.
Jadi Barang Konsumsi Itu Penting Gak, Zheyeng??
Kalau menurut hemat orang awam ini, barang konsumsi itu penting. Alasannya? Karena kebutuhan-kebutuhan hidup manusia; yang apabila dijeberkan berupa kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier; merupakan kebutuhan manusia untuk memenuhi ketersediaan barang konsumsi. Dapat ditarik kesimpulan, kita itu butuh barang konsumsi. Dan 'butuh' itu penting, beda lho, sama 'ingin'.
Orang miskin cenderung bodoh karena gajinya dihabiskan hanya untuk membeli barang-barang konsumsi?
Kok vulgar banget ya, kalau pakai istilah kaya dan miskin. Mari kita ubah saja dengan kata-kata yang lebih indah nan enak didengar, katakanlah 'orang dengan penghasilan tinggi' dan 'orang dengan penghasilan rendah'. Lalu pertanyaannya sekarang: apakah benar orang dengan penghasilan rendah cenderung bodoh karena gajinya dihabiskan hanya untuk membeli barang-barang konsumsi?
Kalau menurutku, gak sepenuhnya benar. Malah menjurus ke pernyataan yang menyesatkan. Kenapa? Karena seperti yang kita ketahui, kebutuhan yang paling utama yang harus dipenuhi oleh manusia untuk mempertahankan kehidupannya secara wajar adalah kebutuhan primer. Dan kebutuhan primer ini berupa barang-barang konsumsi juga, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Sementara orang dengan penghasilan rendah, tentu akan memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer nya terlebih dahulu dibandingkan dengan kebutuhan sekunder dan tersier. Kalau duitnya cuman cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya doang, mana bisa dia beli barang-barang untuk kebutuhan sekunder dan tersier, dan mana bisa dia langsung membeli instrumen investasi.
Kembali lagi ke hubungan antara kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Kalau boleh aku membuat contoh, umumnya orang adalah seperti ini: "Ada orang yang memiliki penghasilan rendah, maka dia akan memanfaatkan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhannya untuk makan. Dia akan membeli bahan-bahan makanan mentah lalu memasaknya sendiri. Fyi, dia membeli bahan-bahan makanan mentah setiap hari dengan jumlah yang pas untuk dimakan seharian penuh, karena dia tidak memiliki tempat untuk menyimpan bahan-bahan makanan itu supaya tetap segar untuk dimasak di hari-hari selanjutnya. Setelah beberapa tahun kemudian, gaji si orang ini naik, jadi penghasilannya bertambah daripada sebelumnya. Sekarang ada duit tersisa yang tidak terpakai. Lalu doi berpikir, enaknya duitnya dipake beli kulkas deh, supaya bisa beli bahan makanan mentah lebih banyak dan disimpan di kulkas supaya bahan-bahan makanan itu tetap segar jika ingin memasaknya di hari-hari selanjutnya. Jadi doi gak perlu setiap hari pergi ke pasar karena doi bisa menimbun bahan-bahan makanan itu di kulkas yang dimilikinya. Bertambah tahun, doi lama-lama gajinya terus bertambah dan penghasilannya tergolong tinggi. Penghasilan yang tinggi berbanding sejajar pula dengan beban kerja yang lebih berat. Doi jadi menghabiskan waktunya lebih banyak untuk pekerjaannya dan tingkat stress si doi juga juga bertambah. Lalu doi berpikir: 'Sepertinya aku sekali-kali harus memanjakan diri, deh.' Akhirnya doi memanjakan diri dan lidahnya dengan cara makan di restoran mewah." Umumnya sih orang-orang seperti itu, memenuhi kebutuhan primernya dulu, lalu memenuhi kebutuhan sekundernya, dan setelah keduanya terpenuhi baru dia memenuhi kebutuhan tersier.
Lalu, apa ada orang penghasilan rendah yang bodoh? Jawabannya, ada. Tapi tentu saja jumlahnya gak sebanyak orang berpenghasilan rendah yang memiliki pikiran jernih. Ciri-ciri orang berpenghasilan rendah yang bodoh ini adalah kebutuhan primer dan sekundernya belum terpenuhi, tapi dia ngebet banget pengen nyicipin wilayah kekuasaan kebutuhan tersier. Contohnya: "ada orang dengan penghasilan rendah. Tapi doi ingin terlihat kaya supaya nge-hits di dunia maya sukur-sukur ada gadis anak orang kaya yang ngecengin doi. Dengan gajinya yang kecil, doi memaksakan diri untuk makan di restoran mewah untuk bahan update posting foto di Instagram. Setelah tiga hari tiga kali sehari makan di restoran mewah, duit doi tinggal 200 ribu rupiah, padahal gajian masih 28 hari lagi. Akhirnya doi menghabiskan 28 harinya untuk makan dengan Indomie setiap hari."
Orang bodoh seperti itu ada, kawan-kawan. Tapi yo bukan kaum mayoritas. Jumlahnya masih kalah dengan orang-orang yang memiliki pikiran waras. Jadi aku sangat menyangkan si agen investasi yang 'mencenderungkan' orang berpenghasilan kecil itu bodoh. Dan aku juga menyayangkan host acara tv itu yang hanya manggut-manggut menyetujui pernyataan si agen investasi. Okelah, aku tahu kamu jualan instrumen investasi dan pangsa pasarmu kalangan orang-orang berpenghasilan tinggi alias orang kaya. Tapi jangan men-genaralisir orang-orang berpenghasilan rendah atau yang kamu sebut 'orang miskin' itu bodoh.
Orang Kaya Makin Kaya Orang Miskin Tetap Miskin
Haduuuuuuh, balik lagi deh pakai kata-kata vulgar ini. Menurutku, pernyataan ini lagi-lagi gak sepenuhnya benar. Kenapa? Karena ada orang kaya yang makin kaya, ada orang miskin jadi kaya, ada orang kaya jadi miskin, ada orang miskin tetap miskin, ada pula orang miskin yang makin miskin. Tergantung bagaimana setiap orang memanfaatkan sumber dayanya (duit yang dipunya dan skill yang dipunya) dengan baik. Karena ada orang miskin yang bodoh dan ada yang waras. Begitu juga dengan orang kaya, ada yang bodoh dan ada yang waras. Kalau ada orang miskin yang tetap miskin, mungkin memang uang yang dimilikinya hanya cukup untuk makan atau memenuhi kebutuhan pokoknya, bukan berarti dia 'bodoh'.
Kurang lebih begitulah pendapatku yang hanya seorang manusia awam ini. Mohon maaf apabila banyak sekali kata-kataku yang salah atau mungkin menyinggung kawan-kawan pembaca dan juga si agen investasi pencetus pernyataan kontroversial ini yang mungkin kebetulan membaca tulisanku yang panjang kali lebar ini. Tapi mau bagaimana lagi, rasanya aku geregetan kalau ada yang 'brain shaming' (istilah apa itu?) orang-orang berpenghasilan rendah. Lalu bagaimana pendapat teman-teman dengan fenomena ini?
Salam,
Manager Rumah Tangga
Manager Rumah Tangga
Yang miskin harus kerja keras biar bisa kaya. Tapi jangan lupa juga untuk memperkaya hati...
ReplyDeleteSetuju banget, Mbak. Manusia tuh gak bisa merencanakan lahir di tengah-tengah keluarga miskin ataupun kaya. Tapi nasib kelak menjadi kaya ataupun miskin, manusia bisa mengusahakannya. Dan satu lagi yang penting, bagaimanapun kondisinya manusia akan lebih baik jika memiliki sifat kaya hati.
Deletewakakakakakaka, kok saya kelewatan postingan yang ini ya? udah pernah baca di sini atau di postingan orang dengan tema sama kali ya? :D
ReplyDeleteSini, saya bantu cubit ginjalnya!
Enak aja dituduh belanja konsumtif.
emangnya tuh orang kaya nggak makan?
Ye kan, uangnya 10 juta, orang miskin 100rebo.
Dia makan setengah juta, masih bisa investasi 9 juta.
Orang miskin? 100rebo itu buat makan seminggu!
Apanya yang mau diinvestasikan?
Ginjalnya? hahahaha
enak banget kalau ngomong pas punya modal, coba kalau dibalik sikonnya, dijamin dia nangis-nangis hahahaha
Kok mereka tega ya, Mbak Rey. Kan orang yang gak kaya-kaya banget bisa kepencet nonton channel itu. Yang hidupnya cukupan sepertiku ini kan jadi gemes nontonnya.😣
Delete